Prosesi Siraman Putri Gubernur Jatim Soekarwo

Air Diambil dari Tujuh Sumber Mata Air Para Wali

Pernikahan adat Jawa, ada beberapa prosesi yang harus dilalui. Hal ini pula yang dilakukan oleh keluarga Gubernur Jatim Soekarwo. Prosesi pernikahan anak bungsunya Kartika Ayu Prawitasari ini dimulai dengan siraman, kemarin (17/3).

Sebelumnya pada Jumat (11/3) mengadakan prosesi adeg terop, dan Senin (17/3) melakukan pengajian bersama anak yatim. Kemarin (17/3) bertempat di kediaman Pakde Karwo sapaan akrab Soekarwo daerah Kertajaya Indah Timur diadakan prosesi siraman dan widodareni untuk Kartika Ayu Prawitasari.

                                                                                       istimewah
                           SIRAMAN: Gubernur Jatim Soekarwo istri Nina Kirana menyiram 
                           putri bungsunya Kartika Ayu Prawitasari di kediamannya Jl Kerjaya 
                           Indah Timur, Surabaya, Kamis (17/3).  

Sejak pagi, kesibukan telah terlihat. Para petugas berlalu lalang menyiapkan segala kebutuhan dalam proses siraman Mbak Tika, panggilan akrab Kartika Ayu Prawitasari. Tepat pukul 09.00 WIB, prosesi tersebut dimulai. Dengan menggunakan baju kebaya khas Jawa hijau tua, Pakde Karwo dan Bude Nina Kirana tampak serasi. Sedangkan anak dan menantunya mengenakan kebaya dengan warna yang lebih cerah namun dengan padanan yang tidak jauh berbeda.
“Prosesi diawali denga sungkeman. Sungkeman yang pertama adalah sungkeman Pakde dan Bude ke Eyang Putri atau ibu Bude, Siti Radiyah, satu-satunya orang tua yang masih hidup,” ujar Kepala Bagian Humas, Biro Humas dan protokol, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim Anom Surahno yang turut hadir dalam prosesi tersebut.

Dia melanjutkan, jika setelah Pakde dan Bude sungkeman ke ibu Bude Nina Kirana, pasangan pejabat nomor satu di Jatim ini pun memasang “Blek Ketepe” (anyaman yang terbuat dari janur yang ditaruh di atas tenda yang memiliki filosofi bahwa pemilik rumah benar-benar sedang punya gawe atau hajatan).

       istimewah
SUNGKEMAN: Calon pengantin Kartika Ayu Prawitasari setelah sungkem dicium ibunya, Nina Kirana.

Setelah itu, giliran Mbak Tika yang sungkem ke Pakde dan Bude. Mengenakan kebaya  warna senada  dengan kedua orang tua, rambut yang disanggul simpel dengan hiasan bunga melati dan bunga mawar di atas kepala, Mbak Tika terlihat anggun. Sebelum sungkem terdapat beberapa kata yang diucapkanya pertanda pamit seorang putri kepada orang tuanya. “Ibu, Romo, nyuwun pangestu kulo bade kolokromo benjang ,” ucapnya menggunakan bahasa Jawa.“Pakde Karwo pun menjawabnya dengan rasa haru, dan keduanya mengeluarkan nada terbata menahan tangis,”tambah Anom.

Dalam prosesi siraman ini diambil dari tujuh sumber mata air yang disakralkan oleh masyarakat Jatim dan sekitarnya. Sumber mata air ini berasal dari makam para sunan/wali yang tersebar di Jawa Timur dan dari air terjun tebersih di Jawa Timur. Di antranya yang pertama dari Air Terjun Jolotundo Mojokerto, Sumber air dari Sunan Ampel Surabaya, Sumber air dari Sunan Giri Gresik, dari Sunan  Maulana Malik Ibrahim Gresik, Sumber dari Sunan Drajat Lamongan lalu dari Sunan Bonang Tuban, dan terakhir dari sumber mata air Asmorokondi Tuban.  

       istimewah
KALANGAN TERBATAS: Suasana siraman putri Gubernur Soekarwo, Kartika Ayu Purwitasari dihadiri beberapa pejabat beserta istri dan keluarga dekat.

“Tujuh sumber air ini dipilih mungkin karena ketujuhnya ini adalah sumber mata air yang selama ini disucikan oleh masyarakat di Jatim, dan tempat ziarahnya masyarakat,”terang Anom.
Setelah prosesi siraman, acara dilanjutkan dengan pecah kendi. Pecah kendi memiliki filosofi memecah pamor keperwananan seorang calon pengantin yang sebentar lagi diambil suami. “Aku gak mecah kendi, tapi aku mecah pamor anakku seng ayu,” ujar Pakde menggunakan bahasa Jawa.
Di pengujung acara tersebut, Kartika pun berganti busana.  Dia menggunakan kebaya berwarna merah maroon dengan sanggul. Setelah pecah kendi prosesi dilanjutkan dengan dodol dawet. Untuk dodol dawet ini, Pakde dan Bude terlihat menikmati melayani setiap tamu yang ingin membeli dawet. Dodol dawet memiliki filosofi tentang pentingnya melayani tamu yang datang dalam hajatan yang diadakan.(dia/no/raya)
Share on Google Plus

About Arek Lumajang

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar