Eks Wisma Lokalisasi Moroseneng Sediakan 12 Cewek Seksi dan Cantik

SURABAYA-Meski eks lokalisasi Moroseneng sudah ditutup empat tahun lalu, ternyata masih ada sebuah bekas wisma difungsikan untuk layanan prostitusi. Tak tanggung-tanggung rumah berlantai duadi Jalan Sememi Gang I dihuni oleh 12 pekerja seks komersial (PSK) seksi dan cantik yang berasal dari beberapa daerah di Jatim. Bahkan, bisnis seks terselubung yang dilakukan germo Sutikno, 45, warga Sememi, Surabaya sudah berlangsung selama satu tahun.


satria n/raya
TERTANGKAP BASAH: Polisi menggiring tiga pekerja seks komersial dari atas mobil.

Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreksrim Polrestabes Surabaya langsung menggerebek rumah dengan cat berwarna merah yang kondisinya terkesan tidak terurus. Banyak rumput liar, dan semua jendela ditutup korden dan pintu sudah dikunci. Namun saat diperhatikan di samping rumah terdapat sebuah pintu kecil, itupun ditutup dengan gerobak makanan siap saji.

Namun saat pintu kecil dengan lebar setengah meter ini dibuka, maka akan nampak adanya aktivitas yang terdapat di kamar-kamar rumah yang sebelumnya digunakan sebagai bekas wisma ini. Rumah di lantai dua ini terdapat 12 kamar, tujuh kamar di lantai bawah, lima lainnya di lantai 2. Ditempat inilah, para PSK biasa di booking dan melalukan hubungan seks.

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya Ajun Komisaris Besar Polisi pada saat melakukan penggerebekan, pihaknya mengamankan tiga PSK dan satu mucikari, Sutikno. Sedangkan, sembilan PSK lain sedang pulang kampung.

"Dua belas PSK ini sengaja didatangkan dari beberapa daerah di Jatim, seperti Banyuwangi, Mallang, Pasuruan, Mojokerto dan Jember. Mereka diperkajakan sebagai PSK ini," ungkap AKBP Shinto, Selasa (16/5).
satria n/raya
PUSING KEPALA BARBIE: Tiga cewek ini diangkut mobil menuju Polrestabes Surabaya.

Shinto juga menjelaskan modus prostitusi ini memang cukup rapi. Sebab mucikari mendesain rumah tersebut seperti rumah yang tidak terpakai. Bahkan dia menempelkan keterangan bahwa rumah itu dijual. Namun ketika ada pelanggan yang ingin menikmati layanan seks mereka cukup masuk lewat pintu samping rumah itu.

"Hanya saja untuk menghindari kecurigaan, tamu yang datang tidak diperkenankan parkir di depan rumah, melainkan tempat lain yang lokasinya tidak jauh dari rumah ini," jelansya.

Dia mengatakan setelah memarkir, maka tamu akan dipandu untuk masuk ke rumah itu. Setelah masuk, tamu akan mendapati 12 PSK yang dipampang di ruang tamu. Jika sudah berminat dengan PSK, tamu akan menghubungi mucikari dan bernegosiasi terkait tarif. Menurut Shinto, untuk sekali booking, tamu harus membayar Rp 160 ribu di kasir.

"Setelah deal, maka tamu akan dibawa ke kamar PSK yang memang penghuni kamar itu. Di sinilah mereka akan berhubungan intim," ujarnya. Proses pembayarannya setelah tamu menikmati layanan itu, dilakukan di kasir.

Shinto mengatakan dari tarif 160 ribu itu, korban tidak mendapatkan 100 persen, melainkan hanya Rp 70 ribu saja. Sedangkan Rp 30 dibagi kepada mucikari dan sisanya diberikan kepada pemilik rumah sebagai harga sewa. Karena menerima uang, polisi saat ini masih memburu pemilik rumah yang kabur ke luar kota. "Kami sudah kantongi identitasnya, segera akan kami proses," tegasnya.

Ia menambahkan berdasarkan pengakuan para PSK dan mucikari bisnis prostitusi terselubung di rumah ini sudah berjalan lama, sekitar satu tahunan. Padahal wisma tersebut sudah resmi ditutup pemkot sejak empat tahun yang lalu.

"Mendapati masih adanya kegiatan prostitusi ini, kami akan mengecek beberepa rumah lain yang kami curigai juga digunakan sebagai rumah praktik yang sama," ujarnya. (yua/no)

Share on Google Plus

About Arek Lumajang

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

1 komentar: