351 Jamaah Dimas Kanjeng Taat Pribadi Bertahan Hidup di Rumah Tenda

*) Pasca Pimpinan Padepokan Ditangkap, Jumlah Jamaah Merosot

PROBOLINGGO-Setelah pimpinan Padepokan, Dimas Kanjeng Pribadi ditangkap Polda Jatim, jamaahnya yang bertahan di lingkungan padepokan surut. Bila sebelumnya, mencapai 220 orang, kini tinggal 351 orang.

Mereka hidup di rumah tenda yang berjajar di halaman parkir Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo. Aktivitas para jamaah selain beribadah juga menggelar istighotsah siang dan malam hari. Jamaahnya laki-laki dan wanita dari semua umur mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua. "Masih banyak yang tinggal di sini. Ada yang sendiri, ada yang satu keluarga. Asalnya dari berbagai nusantara," kata perangkat Desa Gading Wetan, Arsida, 28.


doni/raya
BERHARAP UANG BERLIPAT GANDA: Para jamaah yang bertahan di rumah tenda di sekitar Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo.

Menurut Arsida tidak ada tarif sewa rumah tenda tersebut. Lantaran, rumah tenda itu dibangun swadaya oleh jamaah. Rumah tenda berlantai terpal itu dihuni sekitar 15 sampai dengan 20 orang."Di belakang padepokan ada sekitar 50 rumah tenda," ungkapnya.

Perangkat desa lainnya, Nurlinda, 39, mengatakan sebelum Dimas Kanjeng Taat Pribadi ditangkap, jumlah jamaah yang hidup di rumah tenda lebih 2.200 orang. "Sejak Jumat (30/10) tersisa 351 orang. Sebagian ada yang pulang dan balik lagi, rata-rata mereka dua minggu pulang, " ujarnya.

satria/raya
BAK PERKEMAHAN: Rumah tenda yang dibangun secara swadaya oleh para jamaah.

Salah satu jamaah, Suwari, 48, asal Tulungagung ini menyakini jika Yang Mulia Paduka (Sebutan Taat Pribadi, Red) tidak terlibat dalam kasus pembunuhan dan penipuan.

"Tidak mungkin itu, Paduka Yang Mulia seperti itu. Sebab, kami selalu diajarkan  Yasin dan Naryah istighotsah. Setelah salat dhuhur yasinan," katanya.

Jamaah lainnya, Suyono, 45, yang bergabung ke padepokan sejak 2002 ini mengaku tidak terima jika ajaran Dimas Kanjeng Taat Pribadi dikategori sesat dan terkait penipuan penggandaan uang. "Sudah dari awal Yang Mulia bilang barang siapa yang dirugikan langsung dikembalikan. Yang diajarno ikuh kejujuran," kata lelaki asal Grobogan, Jawa Tengah.

Sementara jamaah lainnya, Rusdhi bersama istri asal Kepulauan Riau ini hidup di rumah tenda sejak bulan puasa. Menurutnya, mahar yang diberikan tidak boleh diketahui oleh orang umum.

"Ya tidak mahal, hanya menyumbang saja antara Rp 50 ribu sampai dengan Rp 100 ribu," ujar Rusdhi. Saat ditanya mengapa tidak pulang, dia mengaku ingin tahu proses hukum terhadap Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Dia menyakini jika akan memperoleh hasil dari perjuangan itu."Nunggu bulan Desember nanti emasnya keluar," harapnya.(don/no)
Share on Google Plus

About Arek Lumajang

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar